Pertanian organik semakin menjadi perhatian utama dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Di Desa Musir Lor, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, sebuah inisiatif menarik dilakukan oleh mahasiswa KKN Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan memanfaatkan limbah pertanian lokal menjadi pupuk organik cair. Proses ini tidak hanya mengurangi limbah pertanian tetapi juga meningkatkan hasil pertanian secara ekonomis dan ekologis.
Pada tanggal 25 April, proses pembuatan pupuk cair dimulai di Desa Musir Lor. Desa ini terkenal dengan melimpahnya limbah pertanian seperti jerami padi, tongkol jagung, dan sisa-sisa tanaman lainnya. Limbah-limbah ini sering kali menjadi masalah lingkungan karena penanganan yang tidak tepat dapat mengakibatkan pencemaran dan pemborosan sumber daya. Dalam konteks ini, mahasiswa KKN UPN Veteran Jatim berperan penting dalam mengubah perspektif limbah menjadi sumber daya yang bernilai.
Proses pembuatan pupuk cair organik dimulai dengan pengumpulan limbah dari rumah tangga, terutama dari para petani di desa tersebut. Limbah seperti jerami padi, tongkol jagung, dan sisa-sisa tanaman lainnya dikumpulkan secara sistematis. Setelah dikumpulkan, limbah-limbah ini kemudian difermentasi selama dua minggu. Fermentasi ini merupakan tahap krusial dalam proses pembuatan pupuk organik cair karena melalui fermentasi, bahan organik mengalami dekomposisi yang memicu pelepasan nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium.
Pupuk cair organik yang dihasilkan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pupuk kimia. Pertama, pupuk cair organik lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah dan air. Kedua, nutrisi yang terkandung dalam pupuk cair organik lebih mudah diserap oleh tanaman, sehingga meningkatkan kualitas dan hasil panen. Ketiga, penggunaan pupuk organik cair mendukung pertanian berkelanjutan dengan meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia yang mahal.
Selain manfaat ekologis, inisiatif pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk organik cair juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Melibatkan mahasiswa KKN dan petani lokal dalam proses ini memperkuat kemitraan antara universitas dan masyarakat. Para petani mendapatkan pengetahuan baru dan keterampilan dalam pengelolaan limbah pertanian, sementara mahasiswa mendapatkan pengalaman lapangan yang bernilai dalam pengembangan profesional mereka. Secara ekonomi, penggunaan pupuk organik cair dapat mengurangi biaya produksi petani karena bahan baku berasal dari limbah yang tersedia secara lokal.
Pentingnya sosialisasi dan penyebaran inovasi ini tidak bisa diabaikan. Setelah pupuk organik cair diproduksi, proses selanjutnya adalah menyebarkan pengetahuan dan keterampilan kepada lebih banyak petani di Desa Musir Lor dan desa-desa sekitarnya. Mahasiswa KKN berperan sebagai agen perubahan dalam menyebarkan teknologi sederhana ini, memastikan bahwa lebih banyak petani dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian mereka.
Inisiatif pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk organik cair di Desa Musir Lor, Nganjuk, adalah contoh nyata bagaimana kolaborasi antara perguruan tinggi, mahasiswa, dan masyarakat dapat menciptakan solusi inovatif untuk tantangan lingkungan dan pertanian lokal. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara bijak, kita tidak hanya dapat meningkatkan hasil pertanian tetapi juga melindungi lingkungan untuk generasi mendatang. Semoga inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak komunitas lain untuk mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan yang lebih ralingkungan.