Sidoarjo, 8 Mei 2025 – Meningkatnya penggunaan pupuk kimia secara masif sejak masa program Bimbingan Massal (Bimas) pada era Orde Baru telah membawa dampak positif terhadap produktivitas pertanian nasional. Namun, seiring berjalannya waktu, efek negatif dari penggunaan pupuk kimia mulai tampak nyata. Lahan pertanian yang dahulu subur kini mengalami degradasi kesuburan, kadar hara tanah menurun drastis, dan pencemaran lingkungan akibat residu kimia menjadi masalah yang tidak bisa diabaikan. Petani pun semakin bergantung pada bahan kimia, yang berpotensi memperburuk kualitas hasil pertanian dalam jangka panjang.
Merespons kondisi tersebut, Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo berinisiatif menggelar pelatihan pembuatan pupuk organik sebagai solusi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pelatihan ini dilaksanakan pada 8 Mei 2025 di Desa Cangkringsari, Kecamatan Sukodono, yang merupakan salah satu desa agraris dengan potensi lahan pertanian yang masih luas dan produktif.
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan alami seperti limbah pertanian, kotoran hewan, dan sisa tanaman. Tidak seperti pupuk kimia, pupuk organik memperkaya tanah secara alami dengan meningkatkan kandungan bahan organik dan memperbaiki struktur tanah. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik juga lebih stabil dan tahan lama, sehingga mampu menjaga kesuburan lahan dalam jangka panjang tanpa merusak ekosistem di sekitarnya.
Dalam pelatihan tersebut, petani diberikan pemahaman menyeluruh mengenai cara pembuatan pupuk organik secara sederhana namun efektif, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah ditemukan di sekitar mereka seperti jerami padi, sekam, dan kotoran sapi. Proses pembuatannya dimulai dengan menumpuk jerami pada lahan seluas 3×4 meter, kemudian dilapisi dengan sekam padi, ditumpuk kembali dengan kotoran sapi, dan disiram menggunakan larutan Effective Microorganisms 4 (EM4) untuk mempercepat proses dekomposisi. Tumpukan ini kemudian ditutup menggunakan terpal dan dibiarkan selama beberapa minggu hingga menjadi kompos siap pakai.
Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh puluhan petani dari Desa Cangkringsari dan desa-desa sekitar, yang mayoritas masih menggantungkan hidup dari pertanian. Pelatihan berlangsung selama satu hari penuh dan difasilitasi oleh tim penyuluh dari Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo. Para peserta tampak antusias mengikuti setiap sesi, mulai dari teori tentang manfaat pupuk organik hingga praktek langsung pembuatan pupuk di lapangan.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo, Yang berhalangan hadir di wakilan oleh ibu Nevi selaku perwakilan dari dinas pangan dan pertanian kabupaten sidoarjo menyampaikan bahwa pentingnya transformasi pertanian yang lebih berkelanjutan. “Desa cangkring sari ini lahannya tergolong masih luas dan saya mewakili dinas kabupaten Sidoarjo berharap pelatihan ini menjadi titik awal perubahan pola pikir petani untuk kembali pada sistem pertanian ramah lingkungan. Jerami yang selama ini dibakar bisa dimanfaatkan, kotoran hewan yang dianggap limbah bisa menjadi berkah,” ujar beliau dengan penuh semangat.
Tak hanya dari kalangan dinas, kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari mahasiswa-mahasiswa pertanian yang tengah melaksanakan magang lapang. Para mahasiswa berperan aktif dalam mendampingi petani, memberikan penjelasan tambahan, serta membantu proses dokumentasi dan evaluasi kegiatan.
Pelatihan ditutup dengan sesi tanya jawab dan diskusi terbuka antara petani, penyuluh, dan mahasiswa. Dari evaluasi yang dilakukan secara langsung, sebagian besar peserta menyatakan puas dan ingin mulai menerapkan pengetahuan yang didapat di lahan mereka masing-masing. Beberapa bahkan sudah merencanakan pembentukan kelompok tani mandiri untuk pengolahan pupuk organik secara kolektif.
Salah satu peserta pelatihan, Bapak Hadi, mengungkapkan apresiasinya. “Saya punya banyak kotoran sapi yang selama ini tidak saya manfaatkan, sekarang saya tahu bisa jadi pupuk yang bagus kalau dicampur dengan jerami. Biasanya jerami dibakar, sekarang tidak lagi,” ucapnya.
Sementara itu, terdapat masukan dari ibu Reni selaku ketua ibu PKK yang memberikan pernyataan kritis yang membangun. “Kegiatan ini luar biasa, yang membuat kami lebih tau bahwa jerami bisa di manfaatan dengan baik jika di campur dengan kotoran sapi dan bahan aktif lainnya.besar harapan saya bahwa akan ada pelatihan kembali yang serupa atau mirip seprti ini untuk kami ini bisa belajar bersama,misalnya soal inovasi produk soalnya disini banyak buah-buah gitu”
Pelatihan ini menjadi bukti nyata komitmen Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan. Tidak hanya sebagai langkah teknis, tetapi juga sebagai bagian dari implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 15: Life on Land, yang menekankan pentingnya perlindungan dan pemulihan ekosistem daratan.
Dengan pelatihan ini, Desa Cangkringsari tidak hanya mendapat pengetahuan baru, tetapi juga harapan untuk menjadi desa percontohan dalam pengelolaan limbah pertanian yang bijak. Transformasi ini adalah langkah awal menuju pertanian masa depan yang lebih sehat, mandiri, dan lestari.