Mahasiswa Agribisnis UPN “Veteran” Jawa Timur dengan didampingi oleh dosen pembimbing MBKM, Mirza Andrian Syah, S.P., M.P., berhasil memberikan pendampingan terhadap UMKM yang ada di kawasan hutan di berbagai wilayah melalui program MSIB Indonesian Sustainable Social Forestry Education Program (ISS-FREE) yang diselenggarakan oleh PT Amati Karya Indonesia berkolaborasi bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Mahasiswa tersebut adalah kelompok 26 MBKM Agribisnis yang melakukan pendampingan kepada 4 UMKM di bidang Social Forestry dan memiliki masalah yang berbeda-beda sehingga pendampingan dilakukan untuk memberikan solusi terkait masalah yang sedang dihadapi.
“Pendampingan ini dilaksanakan kurang lebih selama 3 bulan, yaitu April-Juni 2024. Kami memberikan pendampingan kepada 4 UMKM diantaranya UMKM Puruk Dolon, UMKM Rumah Warlami, UMKM Sumber Makmur Abadi, dan Hutan Wakaf Bogor. UMKM tersebut bermacam-macam, ada yang memiliki usaha dalam bidang kerajinan kayu, perkebunan kopi, pusat kreasi dan pewarna alam, dan ekowisata,“ jelas Dafid.
UMKM Puruk Dolon merupakan UMKM yang berlokasi di Desa Kolangan Juoi, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. UMKM tersebut memproduksi berbagai macam kerajinan yang terbuat dari limbah ulin dan anyaman rotan. Rifana Rizki Maulida Ummah, ketua project pendampingan UMKM Puruk Dolon memaparkan bahwa lokasi UMKM yang berada di kawasan hutan mengakibatkan UMKM sulit diakses oleh masyarakat luas. Hingga saat ini, pendapatan para pengrajin terhitung masih minim dikarenakan penjualan yang masih kecil. Hal itu juga disebabkan karena UMKM Puruk Dolon belum melakukan branding ataupun pemasaran dengan baik.
“Kami memberikan pendampingan berupa pelatihan bisnis, media sosial dan marketplace serta hutan lestari dan peluang ekspor. Pelatihan tersebut berlangsung selama 3 hari. Kami memberikan teori sekaligus melakukan praktek agar pelaku UMKM dapat mengadopsi ilmu yang diberikan. Beberapa praktek yang diberikan misalnya praktek penentuan harga jual,
praktek manajemen keuangan, serta praktek digital marketing seperti tata cara penggunaan Instagram, Tiktok, Shopee, dan Tokopedia,” ujar Rifana.
UMKM Rumah Warlami terletak di Desa Palem Kidul, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Rumah Warlami merupakan rumah produksi berbagai macam produk yang menggunakan pewarna alam dari tanaman. Selain itu juga menyediakan pelayanan jasa pelatihan pengembangan pewarna alam. Saat ini, Rumah Warlami belum dikenal masyarakat secara luas. Hal tersebut terjadi karena branding produk atau pemasarannya belum dilakukan dengan baik.
“Pendampingan yang kami berikan yaitu membantu UMKM Rumah Warlami untuk meningkatkan branding produk melalui sosial media dengan membuatkan logo baru, pembuatan linktree, pembuatan konten instagram, pembuatan caption postingan instagram, pembuatan tagline, pembuatan akun Shopee, dan pelatihan canva. Kami juga memberikan pelatihan selama 2 hari untuk penggunaan Shopee dan pengaplikasian Canva untuk memudahkan membuat feed atau konten instagram,” keterangan yang diberikan Fitri.
Alya Pravita Putri sebagai anggota project pendampingan UMKM kebun kopi Sumadi Coffee memaparkan bahwa permasalahan yang sedang dihadapi UMKM Sumadi Coffee terletak pada branding UMKM melalui media sosial terutama produk kopi arabika dan kopi robusta. Pemasaran yang dilakukan Sumadi Coffee kurang maksimal akibat kurangnya pengetahuan tentang branding produk yang baik. Selain itu, permasalahan selanjutnya adalah terkait tempat wisata alam di Sumadi Coffee.
“Dalam mengatasi masalah tersebut kami memberikan pendampingan terhadap pihak Sumadi Coffee yaitu kami membuat landing page di media sosial dengan desain menarik yang berisi tentang profil Sumadi Coffee, informasi produk, tempat lokasi, online shop melalui shopee dan tokopedia serta masih banyak fitur lainnya. Dalam branding produk kami melakukan modifikasi logo dan membuat desain maskot agar terlihat menarik ketika konsumen ingin membelinya. Pendampingan selanjutnya adalah tentang pengelolaan tempat wisata. Kami memberikan wisata berbasis edukasi, nantinya bisa mengajak wisatawan untuk eduwisata produksi kopi juga pembuatan edible cup yang akan digunakan para wisatawan untuk menikmati kopi dan memberikan penjelasan terkait edible cup dari limbah kulit kopi sebagai wujud gerakan zero waste,” keterangan dari Alya.
Mitra Hutan Wakaf Bogor bergerak di bidang pelestarian wilayah hutan yang mengacu pada SDG’s 13 dan SDG’s 15. Setelah melakukan open sharing bersama mitra Hutan Wakaf Bogor, pihak mitra mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kendala yaitu keterbatasan finansial dan kurangnya partisipasi masyarakat lokal dalam mendukung program-program mitra Hutan Wakaf Bogor.
Dafid Permana, selaku anggota project, mengatakan bahwa diperlukan sebuah program yang dapat membranding mitra hutan wakaf bogor seperti program volunteering yang bertujuan untuk pelestarian hutan dan pembuatan aplikasi terkait potensi wisata alam yang dimiliki mitra Hutan Wakaf Bogor. “Tentunya program tersebut tidak dijalankan oleh mitra saja, tetapi perlu dukungan dari lembaga-lembaga pemerintah untuk membantu dalam pendanaan dan publikasi,” jelas Dafid.