Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet – Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah, khususnya di Kecamatan pacet, Desa Sukanagalih. Tidak sedikit masyarakat Desa Sukanagalih merupakan seorang petani. Bertani sudah menjadi profesi turun menurun di desa ini. Di wilayah itu banyak ditemukan berbagai bunga, tanaman pangan, tanaman sayur, dan tanaman hortikultura salah satu contohnya yaitu tanaman cabai.
Intan Garaniva Soniya, Risma Sadhina, dan Syaqila Husna Awwala merupakan mahasiswa dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang ikut serta dalam kegiatan magang di Program Bertani Untuk Negeri batch 8 milik Yayasan Edufarmers Internasional Komoditi Cabai, serta Linda Sandrina yang bergabung dalam program penggerak pasar daya yang diselenggarakan oleh BTPN.
Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) perlakuan benih dan pengenalan ZPT alami dilakukan oleh mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur yang mengikuti program magang bersertifikat ini di fokuskan pada 36 petani dampingan yang tersebar di wilayah Desa Sukanagalih. Kegiatan ini dapat disebut juga yaitu FFS (Farmers Field School) atau sekolah lapang, kegiatan ini diadakan setiap 2 minggu sekali selama proyek produktifitas berjalan. Tema kegiatan mengacu pada permasalahan petani yang ada di Desa Sukanagalih yaitu kurangnya penerapan SOP perlakuan benih, hal ini membuat tanaman cabai akan cepat terserang hama dan penyakit.
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan petani serta kualitas dan kuantitas produksi cabai di Desa Sukanagalih, telah dilaksanakan program pencerdasan bagi petani cabai. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam perlakuan benih serta penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) alami. Kegiatan ini diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas budidaya tanaman cabai di daerah tersebut.
Sekolah lapang yang diketuai oleh Risma Sadhina ini dihadiri sebanyak 28 petani dampingan yang sangat antusias untuk mendapatkan pengetahuan baru. Para petani diajarkan berbagai teknik perlakuan benih yang benar mulai dari pemilihan benih unggul, teknik penyemaian, hingga cara merawat bibit sebelum ditanam. Dengan penerapan SOP yang tepat, diharapkan tanaman cabai dapat tumbuh lebih sehat dan menghasilkan buah yang lebih berkualitas.
Selain perlakuan benih, petani juga diperkenalkan dengan ZPT alami yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman. ZPT alami ini lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan zat kimia sintetis yaitu menggunakan bawang merah. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan perlakuan SOP benih menggunakan ZPT alami yaitu :
Alat : Ulekan ∙ Baskom ∙ Saringan ∙ Tisu ∙ Tray semai
Bahan : ∙ 1 butir telur ∙ 2 sdm garam ∙ 5 siung bawang merah ∙ 500 ml air hangat ∙ 1 bungkus marshal (Insektisida) ∙ 1 amplop benih Cabai ∙ Media semai (pupuk kandang), tanah, cocopeat
Berikut adalah perlakuan benih sebelum tanam yang dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, siapkan ember yang berisi air hangat, kemudian tambahkan garam dan aduk hingga larut. Untuk mengecek massa jenis air, masukkan telur ke dalamnya. Telur tersebut akan terapung jika massa jenis air sudah sesuai. Selanjutnya, haluskan bawang merah dan ambil sarinya, kemudian tambahkan ke dalam larutan air garam dalam ember tersebut. Aduk hingga rata dan masukkan benih cabai ke dalamnya. Tunggu selama 30 menit hingga terlihat benih yang hampa dan benih yang bermutu. Benih hampa akan mengapung di permukaan, sementara benih yang bermutu akan tetap terendam. Buang benih hampa yang ada di permukaan dan sisihkan benih yang masih terendam. Penggunaan ZPT alami dari bawang merah yang mengandung hormon auksin sangat bermanfaat untuk menunjang pertumbuhan akar yang baik. Selain itu, penggunaan pestisida berjenis sistemik dapat memproteksi kecambah dari serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dari dalam jaringan.
Setelah itu, keringkan benih yang terendam menggunakan tisu. Kemudian, campurkan benih dengan satu sendok makan Marshal hingga merata. Setelah proses ini, benih siap untuk disemai. Marshal yang dicampurkan ke benih berfungsi untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit antara lain yaitu kumbang apogonia, ulat kantong, kutu daun, lalat bibit, hama rayap, dan ulat grayak. Untuk penyemaian, dianjurkan mengguakan tray semai dan media semai yang terdiri dari campuran pupuk kandang, tanah, dan cocopeat. Siram benih setiap hari dan jemur selama satu jam, setelah itu letakkan di tempat yang teduh. Ketika bibit sudah tumbuh hingga memiliki empat helai daun, bibit siap untuk ditanam di lahan. Dengan demikian, perlakuan ini akan memastikan benih cabai tumbuh dengan baik dan siap untuk ditanam di kebun.
Para petani yang mengikuti kegiatan ini menunjukkan ketertarikan dan semangat yang tinggi, terutama selama sesi tanya jawab, karena sebelumnya banyak dari mereka yang belum pernah menerapkan perlakuan benih dalam budidaya tanaman mereka. Kini, beberapa petani telah mulai menerapkan perlakuan benih, meskipun bukan pada komoditas cabai, tetapi pada tanaman lain seperti terong, pokcoy, okra, dan berbagai jenis sayuran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang mereka peroleh dari kegiatan ini telah memberikan dampak positif dan mendorong mereka untuk mencoba teknik baru dalam budidaya tanaman.
Dengan adanya program pencerdasan dan pengenalan akan perlakuan benih sebelum tanam, diharapkan budidaya cabai di Desa Sukanagalih dapat berkembang lebih pesat dan berkelanjutan. Keberhasilan program ini akan menjadi contoh bagi wilayah lain dalam mengembangkan pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan, sehingga kesejahteraan para petani dapat terus meningkat.