Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, sebagai salah satu kota terbesar Surabaya memiliki berbagai macam permasalahan salah satunya adalah permasalahan tentang sampah rumah tangga. Dalam upaya mengatasi limbah rumah tangga yang berlebihan, 2 (dua) mahasiswa asal UPNVJT mengambil langkah yang cukup inovatif yaitu dengan menjadikan RW 05 Siwalankerto menjadi kampung zero waste atau kampung bebas sampah, dimana mereka mengadakan sosialisasi tentang pemilihan sampah serta pembuatan eco enzyme dari sampah kulit buah di RW 05 Siwalankerto. Program ini bertujuan untuk mengatasi limbah yang ada dan memanfaatkan limbah tersebut untuk dijadikan pupuk.
Sosialisasi ini dilaksanakan di Green House dekat balai RW pada tanggal (7/5) jam 09.00 WIB dihadiri oleh 14 orang, yang mana 2 diantaranya ialah perwakilan dari pihak Kelurahan Siwalankerto. Program kerja pembuatan eco-enzyme ini dilatarbelakangi karena banyaknya limbah sampah rumah tangga yang tidak diolah dengan tepat dan untuk mengurangi jumlah timbunan sampah di RW 05 Siwalankerto. Oleh karena itu, mahasiswa asal UPNVJT ini telah mengidentifikasi potensi limbah sampah rumah tangga ini dan akan mengubah menjadi sesuatu yang bernilai yaitu dengan pembuatan eco-enzyme.
Eco-enzyme adalah ekstrak cairan yang dihasilkan dari fermentasi sisa sayuran dan buah buahan dengan substrat gula merah atau molase. Larutan eco-enzyme berwarna coklat pekat serta aroma asam yang kuat. Adapun manfaat eco-enzyme yaitu berdasarkan kegunaannya dimana eco-enzyme yang dapat digunakan sebagai pengusir berbagai hama tanaman, pembersih serbaguna, selain itu dapat digunakan menjadi pupuk dan dapat digunakan sebagai pelestarian lingkungan. Eco-enzyme dapat menetralkan berbagai macam polutan yang mencemari lingkungan penduduk sekitar, sumber eco-enzyme yaitu dari pemanfaatan berbagai macam bahan baku organik seperti sayur-mayur dan buah.
Menurut salah satu mahasiswa yang terlibat, Gilang Amanda Puspanegara, mengungkapkan bahwa “Kita ingin menunjukkan bahwa limbah rumah tangga tidak selalu menjadi masalah. Dengan adanya inovasi ini kita bisa mengubahnya menjadi solusi yang menguntungkan.”
Pembuatan eco-enzyme dilakukan dengan cara mencuci terlebih dahulu buah atau sayur yang akan digunakan untuk membuat eco-enzyme dan potong kecil-kecil. Kemudian, memasukkan air bersih dan gula merah ke dalam botol atau tempat untuk menyimpan eco-enzyme dengan perbandingan 1:10. Lalu, aduk secara perlahan isi wadah di ember plastik yang sudah terisi dengan larutan air dan gula merah. Kemudian masukkan sisa kulit buah atau sayur ke dalam wadah. Untuk buah dianjurkan memakai sisa kulit buah pisang agar hasilnya maksimal dan sisa kulit buah jeruk untuk menghasilkan ecoenzym yang berbau harum. Setelah itu, buka tutup wadah setiap 3 hari selama 1 bulan pertama setelah diaduk. Dalam 1 bulan pertama, gas akan dihasilkan dari proses fermentasi. Simpan wadah di tempat dingin, kering, dan memiliki ventilasi yang baik dan hindari dari sinar matahari langsung serta jangan disimpan di dalam kulkas. Dan setelah 3 bulan, panen eco-enzyme akan selesai dan dapat digunakan.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya pembuatan eco-enzyme ini dapat dilihat ciri-cirinya. Ciri ciri eco-enzyme yang berhasil adalah warnanya coklat gelap dan memiliki bau khas fermentasi asam manis yang kuat. Terdapat jamur putih. Sedangkan, Ciri ciri eco-enzyme yang gagal bisa ditandai dengan aroma yang busuk serta munculnya jamur hitam di permukaan.
Program kerja ini disambut baik oleh para warga RW 05 Siwalankerto karena dirasa memberikan dampak positif bagi mereka. Menurut Bapak Pursanto selaku ketua RW 05 Siwalankerto, “Saya sangat mengapresiasi para mahasiswa yang telah melakukan sosialisasi serta pengetahuan baru tentang cara pengolahan sampah menjadi eco-enzyme”. Manfaat program ini juga berkesinambungan dengan proses menjaga kelestarian lingkungan dengan memanfaatkan limbah sampah rumah tangga.
Keberhasilan program ini diharapkan menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia dalam mengatasi permasalahan limbah sampah rumah tangga. Untuk upaya lanjutan program ini, dapat dilakukan sosialisasi, pelatihan, dan kerja sama dengan pemerintah daerah serta instansi terkait untuk pengembangan program tersebut. Dengan demikian, pemanfaatan limbah sampah rumah tangga diharapkan menjadi solusi untuk mengurangi jumlah timbunan sampah dan menjaga kelestarian lingkungan serta menjadikan RW 05 Siwalankerto menjadi kampung zero waste.